Menatap Anak Indonesia di Garis Depan Nusantara

 KEINDAHAN garis terdepan Nusantara dapat dinikmati di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA).Foto-foto keindahan Nusantara terpampang lengkap dengan problematika masing-masing garis ujung Indonesia.


Pameran foto bertajuk Anak-Anak Kita di Beranda Terdepan Nusantaramenjadi momen yang sangat menarik bagi pencinta dunia fotografi.Pemeran yang digelar GFJA bekerja sama dengan Wanadri dan Rumah Nusantara—berlangsung dari 13 Agustus hingga 13 September 2010—menampilkan sedikitnya 165 foto dari sudut yang berbeda.Semuanya menampilkan keindahan lanskap Indonesia, keriangan anak-anak,hingga wajah muram Indonesia di garis terdepan Nusantara. Foto-foto yang dipamerkan merupakan hasil penjelajahan Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara di 92 pulau terdepan,termasuk 18 provinsi di Indonesia.Dalam perjalanan ini tim telah menempuh perjalanan sepanjang 25.545 kilometer dengan waktu tempuh 1.092 hari.


Ekspedisi yang membawa replika patung Proklamator Republik Indonesia Soekarno-Hatta yang berwarna merah dan putih ini berhasil mengabadikan potret anak-anak Indonesia dalam keberagaman dan keindahan alam Indonesia. Salah satu keindahan itu bisa dinikmati dari karya foto Deni Sambas.Deni Sambas memotret dengan beragam sudut lanskap yang berbeda.Keindahan pemandangan pulau-pulau terpencil,anak-anak di pulau-pulau dan perbatasan dan problematika mereka. Foto Deni Sambas berjudul Pulau Matua,misalnya.Deni memotret anak-anak berseragam SD tengah menyeberangi pulau dengan naik kapal motor.

Di deretan depan tampak anak lelaki sedang duduk persis di haluan kapal,dengan kaki menjuntai ke bawah,hampir menyentuh hijau kebiru-biruan air laut.Di belakangnya anak-anak gadis sebaya duduk rapi,masih di haluan kapal. Foto ini memperlihatkan betapa anak-anak di Pulau Matua tetap bersemangat menuntut ilmu,meski mereka harus melewati lautan untuk sampai ke sekolah.Pada foto lain Deni Sambas masih membidik anak-anak di pulau terpencil Indonesia.Pada foto di Pulau Larat,Maluku,Deni membidik anak-anak dengan baju rapi sedang bermain-main di pinggir bangunan seperti sekolahan. Dalam foto ini keceriaan anak-anak itu terbidik dengan jelas, meski di sekeliling mereka tampak terdapat genangan air di manamana.

Kegemaran Deni memotret anak-anak sekolah juga ia abadikan kala berjumpa serombongan anak-anak berseragam merah putih di Nusa Tenggara Timur.Dalam karya berjudul Sawu Jelang Dana Sawu,Deni menangkap objek anak-anak sekolah tersebut dengan dramatis.Dia biarkan anak-anak tertawa lepas,meski mereka berjalan beriringan dengan telapak kaki tanpa sepatu. Selain banyak memotret soal anak-anak di bagian terdepan Nusantara,Deni membidik keindahan Indonesia dari beragam sudut. Keindahan koral,pantai,hingga dunia bawah laut diabadikan dengan sangat baik oleh fotografer ini. Selain Deni Sambas,fotografer lain yang ikut dalam ekspedisi ini adalah Aditya Prabowo.

Aditya membidik problematika kehidupan di pulau dan daerah terdepan dengan beragam sudut pengambilan gambar.Pada foto Jelang Pulau Laag,Papua,Aditya dengan jeli memotret sebuah keluarga kecil,dengan anak-anak yang hidup di sebuah rumah kecil terbuat dari bambu.Di bawah rumah mereka ada rawa-rawa dengan genangan air berwarna kehitaman. Aditya seolah hendak mengabarkan,di sana,di pulau Laag,Papua, masih terdapat warga Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.Mereka hidup amat sederhana,dengan rumah dan lingkungan seadanya.

Pameran ini,selain menampilkan sejumlah foto karya fotografer yang tergabung dalam Wanadri dan Rumah Nusantara,ada seni instalasi berupa tonggak besi yang di bawahnya ada miniatur pulaupulau yang mereka kunjungi dengan pasir pantai yang dikemas dalam botol kecil. Dalam ekspedisi ini tim berangkat dengan jumlah 11 orang menancapkan sebuah prasasti besi berbentuk tiang setinggi 1 meter bertuliskan nama pulau dan titik koordinatnya.Selain itu,mereka menuliskan pesan dalam botol yang dimasukkan ke dalam prasasti tersebut,dengan bunyi pesan yang menggetarkan.

“Kelak setiap warga bangsa yang bermukim terpisah di ribuan pulau dengan mudah dapat saling mengunjungi ketika laut di antara pulau-pulau (Nusantara) telah menjadi penghubung,bukan pemisah untuk mempersatukan NKRI.”(sofian dwi)
sumber=harian seputar indonesia

Bagus Creative